BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kompetisi
Kompetisi merupakan persaingan terhadap antar
makhluk hidup. Persaingan sendiri akan dapat menghasilkan pemenang, pemenang
itu pun yang dapat meneruskan kelangsungan hidupnya. Kompetisi sering terjadi
pada plantae yang mana bersaing untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas .
kompetisi terbagi dua macam yaitu kompetisi interspesifik dan intraspesifik.
Kompetisi interspesifik sering terjadi ketika
spesies barsaing untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas. Sebagai contoh,
pertumbuhan rumput pada taman berkompetisi dengan tumbuhan-tumbuhan taman dalam
memperebutkan mutrien tanah dan air. Sebaliknya, pada beberapa sumber daya ini
meskipun oksigen, jarang terjdi kompetisi dalam penggunaan sumber daya ini
meskipun semua tumbuhan ini memerlukannya. Kompetisi intraspesifik terjadinya
persaingan antar spesies yang sama untuk memperebutkan sumber daya yang
terbatas. Ketika dua spesies yang sama
berkompetisi atau antar tumbuhan lain berkompetisi untuk suatu sumber daya,
hasilnya adalah merugikan satu atau kedua spesies tersebut.
Kacang hijau dan
jagung merupakan jenis tumbuhan dengan habitat yang berbeda. Akan tetapi, jika
keduanya ditanam pada satu media bukan tidak mungkin akan terjadi suatu
interaksi. Interaksi tersebut tentu saja berupa kompetisi dimana keduanya tidak
hanya memperebutkan tempat tumbuh, tetapi juga saling memperebutkan unsur hara,
air dan cahaya matahari untuk berfotosintesis. Hal ini berarti terjadi
tumpang tindih relung ekologi antara kacang hijau dan jagung. Tumpang tindihnya
relung ekologi antara kacang hijau dan Jagung akan mempengaruhi pertumbuhan dan
daya hidup keduanya. Oleh karena itulah percobaan ini dilakukan sehingga dapat
diketahui pengaruh kompetisi terhadap pertumbuhan kacang hijau (Phaseolus radiates) dan jagung (Zea mays).
Allelopati
Allelopati merupakan
interksi antar populasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat
menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut
(juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat
yang bersifat toksin. Pada mikroorganisme istilah allelopati dikenal sebagai anabiosa atau antibiotisme. Contoh, jamur Penicillium sp.
Faktor-faktor
lingkungan akan mempengaruhi fungsi fisiologis tanaman. Respons tanaman sebagai
akibat faktor lingkungan akan terlihat pada penampilan tanaman. Tumbuhan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, disini terlihat bahwa tumbuhan saling
mempengaruhi dengan lingkungannya. Begitu pula biasanya vegetasi yang tumbuh
disekitar ekosistem tersebut juga spesifik atau tertentu. Karena hanya tumbuhan
yang sesuai dan cocok saja yang dapat hidup berdampingan. Tumbuhan pun
mempunyai sifat menolak terhadap tumbuhan yang tidak disukainya, yaitu dengan
mengeluarkan zat kimia yang dapat bersifat bagi jenis tertentu. Untuk
mengetahui lebih jelas kompetisi antar tumbuhan dan pengaruh alelopati terhadap
tumbuhan maka dilaksanakan praktikum kompetisi dan alelopati.
1.2 Tujuan
Praktikum
Praktikum ini
dilaksanakan agar mahasiawa dapat memahami :
1.
Kompetisi intraspesifik yang terjadi pada tumbuhan Zea mays.
2.
Kompetisi intraspesifik pada Phaseolus radiates.
3.
Kompetisi intraspesifik antar dua tumbuhan yaitu Zea mays dan Phaseolus
radiates.
4.
Pengaruh
allelopati terhadap tumbuhan Zea mays.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kompetisi
Kompetisi adalah
interakksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan akan sumber daya
yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan (survival),
pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing (Begon et al .1990), sedangkan
Molles (2002) kompetisi didefinisikan sebagai interaksi antar individu yang
berakibat pada pengurangan kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi
antar individu (intraspesifik) dan antar individu pada satu spesies yang sama
atau interspesifik. Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk
interaksi antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang
tersedia terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif
terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber
daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh
(Kastono,2005).
Definisi
kompetisi sebagai interaksi antara dua atau banyak individu apabila (1) suplai
sumber yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan permintaan organisme
atau (2) kualitas sumber bervariasi dan permintaan terhadap sumber yang
berkualitas tinggi lebih banyak.organisme mungkin bersaing jika masing-masing
berusaha untuk mencapai sumber yang paling baik di sepanjang gradien kualitas
atau apabila dua individu mencoba menempati tempat yang sama secara simultan.
Sumber yang dipersaingkan oleh individu adalah untuk hidup dan bereproduksi,
contohnya makanan, oksigen, dan cahaya (Noughton,1990).
Secara teoritis
,apabila dalam suatu populasi yang terdiri dari dua spesies , maka akan terjadi
interaksi diantara keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat bermacam-macam, salah
satunya adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada
interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Kompetisi
antar spesies merupakan suatu interaksi antar dua atau lebih populasi spesies
yang mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secara merugikan. Bentuk dari
kompetisi dapat bermacam-macam. Kecenderungan dalam kompetisi menimbulkan adanya
pemisahan secara ekologi, spesies yang berdekatan atau yang serupa dan hal
tersebut di kenal sebagai azaz pengecualian kompetitif (competitive exclusion
principles). Kompetisi dalam suatu komunitas dibagi menjadi dua, yaitu
kompetisi sumber daya (resources competition atau scramble atau (exploitative
competition), yaitu kompetisi dalam memanfaatkan secara bersama-sama sumber
daya yang terbatas Inferensi (inference competition atau contest competition),
yaitu usaha pencarian sumber daya yang menyebabkan kerugian pada individu lain,
meskipun sumber daya tersebut tersedia secara tidak terbatas. Biasanya proses
ini diiringai dengan pengeluaran senyawa kimia (allelochemical) yang
berpengaruh negatif pada individu lain.
Beberapa
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persaingan intraspesifik dan interspesifik
pada tumbuhan, yaitu :
1
Jenis tanaman
Faktor ini meliputi sifat biologi
tumbuhan, sistem perakaran, bentuk pertumbuhan secara fisiologis. Misalnya
adalah pada tanaman ilalang yang memiliki sistem perakaran yang menyebar luas
sehingga menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsure hara.
2
Kepadatan tumbuhan
Jarak yang sempit antar tanaman pada
suatu lahan dapat menyebabkan persaingan terhadap zat-zat makanan hal ini
karena zat hara yang tersedia tidak mencukupi bagi pertumbuhan tanaman.
3
Penyebaran tanaman
Untuk menyebarkan tanaman dapat
dilakukan dengan penyebaran biji atau melalui rimpang (akar tunas). Tanaman
yang penyebarannya dengan biji mempunyai kemampuan bersaing yang lebih tinggi
daripada tanaman yang menyebar dengan rimpang.
4
Waktu
Lamanya periode tanaman sejenis hidup
bersama dapat memberikan tanggapan tertentu yang mempengaruhi kegiatan
fisiologis tanaman. Periode 25-30 % pertama dari daur tanaman merupakan periode
yang paling peka terhadap kerugian yang disebabkan oleh kompetisi.
Allelopati
Konsep yang
menyatakan bahwa suatu tanaman dapat menimbulkan pengaruh buruk atau keracunan
atau hambatan pada tanaman dikenal dengan allelopati. Allelopati ini ditemukan
oleh Candolle sejak tahun 1832. Setelah itu menyusul ahli-ahli seperti Pickering,
pada tahun 1917, Molisch pada tahun 1937, Bonner pada tahun 1950, Grummer pada
tahun 1957, Evenari pada tahun 1949 dan lain-lainnya (Tukey,1969).
Molisch
mengartikan allelopati sebagai interaksi antara tanaman yang ditimbulkan oleh
hasil metabolism tanaman. Muller mengemukakan bahwa allelopati adalah pengaruh
buruk atau merusak yang ditimbulkan oleh dapa satu tanaman pada tanaman lain
melalui prodiksi senyawa-senyawa kimia penghambat yang lepas ke lingkungan
hidup tanaman itu. Sedangkan Moral dab Gates menyatakan bahwa allelopati
hambatan pada perkecambahan, pertumbuhan atau pada metabolisme suatu tanaman
yang disebabkan pelepasan senyawa-senyawa organik oleh tumbuhan lain. Rice
berpendapat bahwa allelopati adalah setiap pengaruh yang merugikan, langsung
ataupun tidak langsung dari suatu tanaman terhadap tanaman lain melalui
produksi senyawa-senyawa kimia yang dilepas dan dibebaskan ke lingkungan hidup
tanaman itu. Lebih lanjut dikemukakan bahwa persaingan itu merupakan pemindahan
atau pengurangan satu atau beberapa faktor lingkungan seperti air, hara
lingkungan, dan cahaya yang diperlikan suatu tanamanoleh tanaman lain,
sedangkan allelopati merupakan pengaruh merugikanyang disebabkan oleh
senyawa-senyawa kimia. Menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri tertentu. Mekanisme allelopati mencakup semua tipe
interaksi kimia antar tumbuhan, antar mikroorganisme atau antar tumbuhan dan
mikroorganisme (Einhellig, 1995a).
Secara umum,
allelopati selalu dikaitkan dengan maslah gangguan yang ditimbulkan gulma yang
tumbuh dersama-sama dengan tanaman pangan, dengan keracunan yang ditimbulkan
akibat penggunaan mulsa pada beberapa jenis pertanaman, dengan beberapa jenis
rotasi tanaman dan pada regenarasi hutan. Kuantitas dan kualitas senyawa
allelopati yang dikeluarkan gulma antara lain di pengaruhi kerapatan gulma,
macam gulma saat kemunculan gulma, lama keberadaan gulma habitués gulma,
kecepatan tumbuh gulma dan jalur fotosintesis gulma (c3 dan c4).
Senyawa
allelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan
penyerapan ion-ion oleh tumbuhan. Beberapa allelopati menghambat pembelahan
sel-sel akar tumbuhan dan pertumbuhan tanaman yaitu dengan
mempengaruhipembesaran sel tanaman. Beberapa senyawa allelopati memberikan
pengaruh menghambat respirasi akar dan menghambat sintesis protein dan dapat
menurunkan daya permeabilitas membrane pada sel tumbuhan. Senyawa-senyawa kimia
yang mempunyai potensi allelopati dapat ditemukan di semua jaringan tumbuhan termasuk
daun, batang, akar rizoma, umbi, bunga, buah dan biji. Senyawa-senyawa
allelopati dapat dilepaskan dari jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai cara
termasuk melalui penguapan, eksudat akar, pencucian dan pembusukan organ
tumbuhan.
Selain itu dapat
dijelaskan bahwa terbentuknya allelopati terdapt beberapa proses yaitu :
·
Penguapan : Senyawa alelopati ada yang
dilepaskan melalui penguapan. Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa
alelopati melalui penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan
Salvia. Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini
dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan
dapat pula masuk ke dalam tanah yang akan diserap akar.
·
Eksudat akar : Banyak terdapat senyawa kimia
yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan
berasal dari asam-asam benzoat, sinamat, dan fenolat.
·
Pencucian : Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci
dari bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau
tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun,
sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang
dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini.
·
Pembusukan organ tumbuhan: Setelah tumbuhan atau
bagian-bagian organnya mati, senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat
tercuci dengan cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati akan
kehilangan permeabilitas membrannya dan dengan mudah senyawa-senyawa
kimia yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman
budidaya atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya.
Selain
melalui cara-cara di atas, pada tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan
senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah
tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun dapat melepaskan senyawa
alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah
(Anonim a, Tanpa Tahun).
Bahwa senyawa-senyawa kimia tersebut dapat
mempengaruhi tumbuhan yang lain melalui penyerapan unsur hara, penghambatan
pembelahan sel, pertumbuhan, proses fotosintesis, proses respirasi, sintesis
protein, dan proses-proses metabolisme yang lain Rohman (2001). Pengaruh
alelopati terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut :
·
Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan
hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan.
·
Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel
akar tumbuhan.
·
Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan
yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan.
·
Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh
menghambat respirasi akar.
·
Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat
sintesis protein.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan
Bahan
Alat yang
digunakan pada praktikum ini antara lain skop, garpu tanah, polybag 17 x 25 cm,
penggaris. Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain biji jagung,
biji kacang hijau, dan tanah gembur. Penelitian dilaksanakan selama 3 mingu
dari penanaman bibit. Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 26
Maret 2012, pada pikil 13.00 wib di laboraturium biologi 2 IAIN Lampung.
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Percobaan kompetisi inter dan intraspesifik
1. Memasukkan tanah gembur tanpa pupuk ke dalam
polibag sebanyak 2/3 dari volume polibag. Menanam benih Zea mays dan Phaseolus
radiates dalam polibag yang telah tersedia, baik secara terpisah maupun
bersama, sesuai dengan pola kerapatan pada gambar 1.
2. Praktikan menanam pada polibag dengan kode J,
sesuai dengan pola pada gambar 1. Demikian pula, praktikan menanam dengan kode K
dengan susunan pada gambar 1.
3. Perlakuan terhadap pola JK, mengikuti pola pada
gambar 1C. setelah itu memberikan lebel terhadap polibag sesuai dengan pola
tanam yang telah dilaksanakan. Meletakkan polibag pada pinggir ruangan agar
dapat terkena cahaya matahari. Dan member perlakuan penyiraman secara bertahap.
4. Pengamatan dilaksanakan selama 3-5 minggu dan
menjadi data kelas, data yang dicatat berupa tinggi tanaman pada masing-masing
spesies.
3.2.2 Analisis
hasil percobaan pengaruh alelopati
1. Pengamatan dilaksanakan setiap minggu, dengan
penyiraman menggunakan ekstra akar alang-alang secara periodik. Melakukan
pengamatan pengaruh pemberian alelopati pada pertumbuhan Zea mays pada perlakuan 1D.
2. Pengamatan dilaksanakan 3-5 minggu, dengan data
kelas menjadi hasil pengamatan. Dengan mendata pengaruh alelopati terhadap
masing-masing tanaman.
Gambar 1. Percobaan kompetisi intraspesifik pada Zea mays
Kode perlakuan
|
Jumlah Lubang
|
Pola penanaman
|
J-1
|
1
|
J
|
J-2
|
2
|
J
J
|
J-4
|
4
|
J J
|
J
J
|
||
J-8
|
8
|
J
|
J
J J
|
||
J J
J
|
||
J
|
Gambar 1B. Percobaan kompetisi intaspesifik pada Phaseolus radiantus
Kode perlakuan
|
Jumlah Lubang
|
Pola penanaman
|
K-1
|
1
|
K
|
K-2
|
2
|
K
K
|
K-4
|
4
|
K K
|
K
K
|
||
K-8
|
8
|
K
|
K
K K
|
||
K
K K
|
||
K
|
Gambar 1C. Percobaan kompetisi
intaspesifik Zea mays dan Phaseolus
radiantus
Kode perlakuan
|
Jumlah Lubang J
|
Jumlah Lubang K
|
Pola penanaman
|
JK-1
|
1
|
1
|
J
K
|
JK-2
|
2
|
2
|
J K
|
K J
|
|||
JK-4
|
4
|
4
|
J
|
J K
J
|
|||
K J
K
|
|||
K
|
Gambar
1D. Percobaan pengaruh alelopati terhadap Zea
mays
Kode perlakuan
|
Jumlah Lubang
|
Pola penanaman
|
A-1
|
1
|
J
|
A-2
|
2
|
J
J
|
A-4
|
4
|
J J
|
J
J
|
||
A-8
|
8
|
J
|
J
J
J
|
||
J
J J
|
||
J
|
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
Tabel
Pengamatan
Lama Pertumbuhan
|
Jagung
(Zea mays)
|
Kacang Hijau
(Phaseolus radiantus)
|
Jagung-Kacang Hijau
(J – K)
|
Alelopati
Zea mays
|
Minggu 1 1
2
4
8
|
17 cm
|
14,5cm
|
10 cm – 7 cm
|
-
|
-
|
16 cm
|
15 cm – 10 cm
|
-
|
|
20,5 cm
|
23 cm
|
15 cm – 17 cm
|
6 cm
|
|
21 cm
|
20 cm
|
-
|
9 cm
|
|
Minggu
2 1
2
3
4
|
26 cm
|
28 cm
|
25 cm – 15 cm
|
-
|
-
|
25 cm
|
25 cm – 20 cm
|
-
|
|
35 cm
|
37 cm
|
29 cm – 26 cm
|
19,5 cm
|
|
40 cm
|
30 cm
|
-
|
21 cm
|
|
Minggu
3 1
2
3
4
|
34 cm
|
39 cm
|
34 cm – 31 cm
|
-
|
-
|
37 cm
|
36 cm – 41 cm
|
-
|
|
42 cm
|
46 cm
|
37 cm – 38,5 cm
|
27 cm
|
|
48 cm
|
41 cm
|
-
|
29 cm
|
4.2 Pembahasan
Pengamatan dilakukan dengan mengukur pertumbuhan
tanaman secara berkala yaitu 1 kali seminggu. Data yang didapat dicatat dan
disusun berdasarkan per minggu hingga waktu panen tiba yaitu setelah sekitar
satu bulan. Pada saat panen dilakukan pengukuran faktor fisik akhir
seperti yang dilakukan di awal. Tanaman yang dipanen dipisahkan setiap plot dan
setiap jenisnya kemudian di ukur tinggi tanaman. Analisis data terhadap
faktor fisik dilakukan dengan melakukan pengukuran faktor fisik sebelum tanam dan
setelah panen dengan menggunakan alat ukur yaitu penggaris. Data yang di tulis
dalam bentuk tabel berasal dari hasil pengukuran pertambahan tinggi tanaman
selama kurang lebih 4 minggu.
Kecepatan
perkecambahan biji tumbuhan dan pertumbuhan anakan (seedling) merupakan suatu
faktor yang menentukan kemampuan spesies tumbuhan tertentu untuk menghadapi dan
menaggulangi persaingan yang terjadi. Apabila suatu tanaman berkecambah
terlebih dahulu di banding suatu tanaman yang lain maka tanaman yang tumbuh
lebih dahulu dapat menyebar lebih luas sehingga mampu memperoleh cahaya
matahari, air, dan unsur hara tanah lebih banyak di bandingkan dengan yang lain
(Setiadi, 1989).
Pada minggu ke
dua menunjukan rata-rata tinggi pertumbuhan jagung dan kacanh hijau terlihat bahwa
tinggi J1 dan J2 lebih besar atau lebih tinggi dari pada tinggi rata-rata pada
J4 dan J8. Hal ini dikarenakan jarak tanam di J4 dan J8 lebih rapat dari pada
J1 dan J4, sedangkan polybag tempat ditanamnya jagung memiliki ukuran yang sama
antara J1 hingga J8. Kerapatan penanaman menyebabkan kompetisi yang lebih ketat
antar tanaman dikarenakan semakin kecil ruang atau plot maka semakin
sedikit pembagian unsure hara dan air yang diserap oleh tanaman tersebut.
Tinggi tanaman
kacang hijau lebih tinggi dibandingkan tinggi tanaman jagung. Persaingan
diantara tumbuhan ini secara tidak langsung terbawa oleh modifikasi lingkungan.
Di dalam tanah, sistem-sistem ini akan bersaing untuk mendapatkan air dan bahan
makanan. Dan karena mereka tidak bergerak, maka ruang menjadi faktor penting,
di atas tanah, tumbuhan yang lebih tinggi menguasai sinar yang mencapai
tumbuhan yang lebih rendah dan memodifikasi suhu, kelembaban serta aliran udara
pada permukaan tanah (Michael, 1994).
Pada pertumbuhan
jagung menggunakan ekstrak alang-alang dapat menghambat pertumbuhan tanaman
jagung, terlihat dari pertumbuhan dari pengukuran tiap minggu. Yang di mana
ekstrak alang-alang merupakan senyawa beracun yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan jagung. Tumbuhan jagung tersebut mengalami keterhambatan untuk
tumbuh dan berkembang dapat terlihat dari tabel pengamatan. Tumbuhan yang telah
mati dan sisa-sisa tumbuhan yang dibenamkan ke dalam tanah juga dapat
menghambat pertumbuhan jagung. Alelopati dapat menghambat penyerapan hara, pembelahan
sel-sel akar, pertumbuhan tanaman, fotosintesis, respirasi, sitesis protein, menurunkan
daya permeabilitas membran sel dan menghambat aktivitas enzim.
Sedangkan pada
tanaman kontrol, tanaman tumbuh normal, baik morfologi daun, panjang akar dan batang
berbeda dengan tanaman lainnya yang diberikan perlakuan. Selain dari pada itu,
menurut penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa orang biologiawan ahli
bidang fisiologi tanaman Setyowati dan Yuniarti (1999) mengatakan bahwa
pertumbuhan tanaman jagung dan kedelai yang diberi perlakuan ellelopati ekstrak
alang-alang (Imperata cylindrica) dengan perbandingan 1 : 4 umumnya
tidak terpengaruh oleh ekstrak ini, bukan hanya dalam hal pertumbuhan
tanamannya tetapi juga dalam proses perkecambahannya, hanya saja berpengaruh
terhadap pemanjangan akarnya.
BAB V
KESIMPULAN
Dari pelaksanaan
praktikum dan pengamatan terhadap
tanaman jagung dan kacang hijau selama kurang lebih 21 dapat di ambil
kesimpulan :
1. Pertumbuhan
tanaman kacang hijau lebih cepat daripada tanaman jagung maka kacang hijau
adalah pemenang dalam kompetisi intraspesifik dan interspesifik.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persaingan
intraspesifik dan interspesifik adalah kepadatan atau jarak tanaman, luas lahan
tanam, jenis tanaman, dan waktu lamanya tanaman hidup.
3. Semakin rapat jarak suatu tanaman maka
pertumbuhannya akan semakin terhambat karena persaingan mendapatkan sumber daya
atau unsur hara dari tanah semakin ketat.
4. Cepat atau lambatnya perkecambahan pada
tanaman juga berpengaruh terhadap menangnya suatu tanaman dalam berkompetisi.
5. Terjadinya kompetisi antar tanaman dapat
menyebabkan tanaman mati.
6.
Perkembangan tumbuhan yang di beri allelopati
tergantung pada konsentrasi ekstrak, sumber ekstrak, temperatur ruangan, dan jenis
tumbuhan yang dievaluasi serta saat aplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2008. Alelopati
[on line]. Tersedia di : http ://iqbalali.com/2008/ 01/ 23 /alelopat i/, diakses pada
hari sabtu tanggal 28 april 2012, pikul 13.00 wib.
Indriyanto.
2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara: Jakarta.
Irwan, Z.D..
2007. Prinsip-Prinsip Ekologi. Bumi Aksara: Jakarta.
Moenandir,J ody.1988. Persaingan Tanaman Budidaya
dengan Gulma. Rajawali pers: Jakarta.
Tim dosen ekologi.2012. Penuntun Panduan Praktikum Ekologi. IAIN Lampung : Bandar Lampung.
Wirakusumah, S. 1003. Dasar-dasar Ekologi bagi
populasi dan Komunitas. UI-Press: Jakarta.
KOMPETISI DAN ALLELOPATI
(Laporan Praktikum Ekologi)
Di Susun
Oleh
Nama : Fenti Erlina
NPM : 911.06.0044
Dosen : Eko Kuswanto, M.Si.
TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH
IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
2012
DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1
Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2
Tujuan Praktikum .................................................................................. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
BAB III . METODELOGI PENELITIAN
....................................................... 8
3.1 Alat dan Bahan ..................................................................................... 8
3.2 Metode Penelitian ................................................................................. 9
BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN .......................... 11
4.1 Hasil Pengamatan ................................................................................. 11
4.2 Pembahasan........................................................................................... 12
BAB V. KESIMPULAN .................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Mulai Penanaman Mulai
Tumbuh
(Minggu Pertama)
Tumbuh Tanaman Mati
(Minggu Ke Dua)
(Minggu Ke Lima)