Senin, 30 April 2012

laporan ekologi alelopati fenti


 




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kompetisi
Kompetisi merupakan persaingan terhadap antar makhluk hidup. Persaingan sendiri akan dapat menghasilkan pemenang, pemenang itu pun yang dapat meneruskan kelangsungan hidupnya. Kompetisi sering terjadi pada plantae yang mana bersaing untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas . kompetisi terbagi dua macam yaitu kompetisi interspesifik dan intraspesifik.

Kompetisi interspesifik sering terjadi ketika spesies barsaing untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas. Sebagai contoh, pertumbuhan rumput pada taman berkompetisi dengan tumbuhan-tumbuhan taman dalam memperebutkan mutrien tanah dan air. Sebaliknya, pada beberapa sumber daya ini meskipun oksigen, jarang terjdi kompetisi dalam penggunaan sumber daya ini meskipun semua tumbuhan ini memerlukannya. Kompetisi intraspesifik terjadinya persaingan antar spesies yang sama untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas.  Ketika dua spesies yang sama berkompetisi atau antar tumbuhan lain berkompetisi untuk suatu sumber daya, hasilnya adalah merugikan satu atau kedua spesies tersebut.

Kacang hijau dan jagung merupakan jenis tumbuhan dengan habitat yang berbeda. Akan tetapi, jika keduanya ditanam pada satu media bukan tidak mungkin akan terjadi suatu interaksi. Interaksi tersebut tentu saja berupa kompetisi dimana keduanya tidak hanya memperebutkan tempat tumbuh, tetapi juga saling memperebutkan unsur hara, air  dan cahaya matahari untuk berfotosintesis. Hal ini berarti terjadi tumpang tindih relung ekologi antara kacang hijau dan jagung. Tumpang tindihnya relung ekologi antara kacang hijau dan Jagung akan mempengaruhi pertumbuhan dan daya hidup keduanya. Oleh karena itulah percobaan ini dilakukan sehingga dapat diketahui pengaruh kompetisi terhadap pertumbuhan kacang hijau (Phaseolus radiates) dan jagung (Zea mays).


Allelopati
Allelopati merupakan interksi antar populasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksin. Pada mikroorganisme istilah allelopati dikenal sebagai anabiosa atau antibiotisme. Contoh, jamur Penicillium sp.

Faktor-faktor lingkungan akan mempengaruhi fungsi fisiologis tanaman. Respons tanaman sebagai akibat faktor lingkungan akan terlihat  pada penampilan tanaman. Tumbuhan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, disini terlihat bahwa tumbuhan saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Begitu pula biasanya vegetasi yang tumbuh disekitar ekosistem tersebut juga spesifik atau tertentu. Karena hanya tumbuhan yang sesuai dan cocok saja yang dapat hidup berdampingan. Tumbuhan pun mempunyai sifat menolak terhadap tumbuhan yang tidak disukainya, yaitu dengan mengeluarkan zat kimia yang dapat bersifat bagi jenis tertentu. Untuk mengetahui lebih jelas kompetisi antar tumbuhan dan pengaruh alelopati terhadap tumbuhan maka dilaksanakan praktikum kompetisi dan alelopati.

1.2 Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan agar mahasiawa dapat memahami :
1.      Kompetisi intraspesifik yang terjadi pada tumbuhan Zea mays.
2.      Kompetisi intraspesifik pada Phaseolus radiates.
3.      Kompetisi intraspesifik antar dua tumbuhan yaitu Zea mays dan  Phaseolus radiates.
4.       Pengaruh allelopati terhadap tumbuhan Zea mays.
 





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Kompetisi
Kompetisi adalah interakksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan akan sumber daya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing (Begon et al .1990), sedangkan Molles (2002) kompetisi didefinisikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat pada pengurangan kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar individu (intraspesifik) dan antar individu pada satu spesies yang sama atau interspesifik. Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Kastono,2005).

Definisi kompetisi sebagai interaksi antara dua atau banyak individu apabila (1) suplai sumber yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan permintaan organisme atau (2) kualitas sumber bervariasi dan permintaan terhadap sumber yang berkualitas tinggi lebih banyak.organisme mungkin bersaing jika masing-masing berusaha untuk mencapai sumber yang paling baik di sepanjang gradien kualitas atau apabila dua individu mencoba menempati tempat yang sama secara simultan. Sumber yang dipersaingkan oleh individu adalah untuk hidup dan bereproduksi, contohnya makanan, oksigen, dan cahaya (Noughton,1990).

Secara teoritis ,apabila dalam suatu populasi yang terdiri dari dua spesies , maka akan terjadi interaksi diantara keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat bermacam-macam, salah satunya adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Kompetisi antar spesies merupakan suatu interaksi antar dua atau lebih populasi spesies yang mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secara merugikan. Bentuk dari kompetisi dapat bermacam-macam. Kecenderungan dalam kompetisi menimbulkan adanya pemisahan secara ekologi, spesies yang berdekatan atau yang serupa dan hal tersebut di kenal sebagai azaz pengecualian kompetitif (competitive exclusion principles). Kompetisi dalam suatu komunitas dibagi menjadi dua, yaitu kompetisi sumber daya (resources competition atau scramble atau (exploitative competition), yaitu kompetisi dalam memanfaatkan secara bersama-sama sumber daya yang terbatas Inferensi (inference competition atau contest competition), yaitu usaha pencarian sumber daya yang menyebabkan kerugian pada individu lain, meskipun sumber daya tersebut tersedia secara tidak terbatas. Biasanya proses ini diiringai dengan pengeluaran senyawa kimia (allelochemical) yang berpengaruh negatif pada individu lain.

Beberapa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persaingan intraspesifik dan interspesifik pada tumbuhan, yaitu :
1      Jenis tanaman
Faktor ini meliputi sifat biologi tumbuhan, sistem perakaran, bentuk pertumbuhan secara fisiologis. Misalnya adalah pada tanaman ilalang yang memiliki sistem perakaran yang menyebar luas sehingga menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsure hara.
2      Kepadatan tumbuhan
Jarak yang sempit antar tanaman pada suatu lahan dapat menyebabkan persaingan terhadap zat-zat makanan hal ini karena zat hara yang tersedia tidak mencukupi bagi pertumbuhan tanaman.
3      Penyebaran tanaman
Untuk menyebarkan tanaman dapat dilakukan dengan penyebaran biji atau melalui rimpang (akar tunas). Tanaman yang penyebarannya dengan biji mempunyai kemampuan bersaing yang lebih tinggi daripada tanaman yang menyebar dengan rimpang.
4      Waktu
Lamanya periode tanaman sejenis hidup bersama dapat memberikan tanggapan tertentu yang mempengaruhi kegiatan fisiologis tanaman. Periode 25-30 % pertama dari daur tanaman merupakan periode yang paling peka terhadap kerugian yang disebabkan oleh kompetisi.

Allelopati
Konsep yang menyatakan bahwa suatu tanaman dapat menimbulkan pengaruh buruk atau keracunan atau hambatan pada tanaman dikenal dengan allelopati. Allelopati ini ditemukan oleh Candolle sejak tahun 1832. Setelah itu menyusul ahli-ahli seperti Pickering, pada tahun 1917, Molisch pada tahun 1937, Bonner pada tahun 1950, Grummer pada tahun 1957, Evenari pada tahun 1949 dan lain-lainnya (Tukey,1969).

Molisch mengartikan allelopati sebagai interaksi antara tanaman yang ditimbulkan oleh hasil metabolism tanaman. Muller mengemukakan bahwa allelopati adalah pengaruh buruk atau merusak yang ditimbulkan oleh dapa satu tanaman pada tanaman lain melalui prodiksi senyawa-senyawa kimia penghambat yang lepas ke lingkungan hidup tanaman itu. Sedangkan Moral dab Gates menyatakan bahwa allelopati hambatan pada perkecambahan, pertumbuhan atau pada metabolisme suatu tanaman yang disebabkan pelepasan senyawa-senyawa organik oleh tumbuhan lain. Rice berpendapat bahwa allelopati adalah setiap pengaruh yang merugikan, langsung ataupun tidak langsung dari suatu tanaman terhadap tanaman lain melalui produksi senyawa-senyawa kimia yang dilepas dan dibebaskan ke lingkungan hidup tanaman itu. Lebih lanjut dikemukakan bahwa persaingan itu merupakan pemindahan atau pengurangan satu atau beberapa faktor lingkungan seperti air, hara lingkungan, dan cahaya yang diperlikan suatu tanamanoleh tanaman lain, sedangkan allelopati merupakan pengaruh merugikanyang disebabkan oleh senyawa-senyawa kimia. Menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu. Mekanisme allelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antar tumbuhan, antar mikroorganisme atau antar tumbuhan dan mikroorganisme (Einhellig, 1995a).

Secara umum, allelopati selalu dikaitkan dengan maslah gangguan yang ditimbulkan gulma yang tumbuh dersama-sama dengan tanaman pangan, dengan keracunan yang ditimbulkan akibat penggunaan mulsa pada beberapa jenis pertanaman, dengan beberapa jenis rotasi tanaman dan pada regenarasi hutan. Kuantitas dan kualitas senyawa allelopati yang dikeluarkan gulma antara lain di pengaruhi kerapatan gulma, macam gulma saat kemunculan gulma, lama keberadaan gulma habitués gulma, kecepatan tumbuh gulma dan jalur fotosintesis gulma (c3 dan c4).

Senyawa allelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan. Beberapa allelopati menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan dan pertumbuhan tanaman yaitu dengan mempengaruhipembesaran sel tanaman. Beberapa senyawa allelopati memberikan pengaruh menghambat respirasi akar dan menghambat sintesis protein dan dapat menurunkan daya permeabilitas membrane pada sel tumbuhan. Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi allelopati dapat ditemukan di semua jaringan tumbuhan termasuk daun, batang, akar rizoma, umbi, bunga, buah dan biji. Senyawa-senyawa allelopati dapat dilepaskan dari jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai cara termasuk melalui penguapan, eksudat akar, pencucian dan pembusukan organ tumbuhan.

Selain itu dapat dijelaskan bahwa terbentuknya allelopati terdapt beberapa proses yaitu :
·       Penguapan : Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan. Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah yang akan diserap akar.
·       Eksudat akar : Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat, sinamat, dan fenolat.
·              Pencucian : Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini.
·              Pembusukan organ tumbuhan: Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas membrannya  dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya.
Selain melalui cara-cara di atas, pada tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun dapat melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah (Anonim a, Tanpa Tahun).
Bahwa senyawa-senyawa kimia tersebut dapat mempengaruhi tumbuhan yang lain melalui penyerapan unsur hara, penghambatan pembelahan sel, pertumbuhan, proses fotosintesis, proses respirasi, sintesis protein, dan proses-proses metabolisme yang lain Rohman (2001). Pengaruh alelopati terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut :
·       Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan.
·       Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan.
·       Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan.
·       Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat respirasi akar.
·       Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis protein.
 



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain skop, garpu tanah, polybag 17 x 25 cm, penggaris. Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain biji jagung, biji kacang hijau, dan tanah gembur. Penelitian dilaksanakan selama 3 mingu dari penanaman bibit. Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 26 Maret 2012, pada pikil 13.00 wib di laboraturium biologi 2 IAIN Lampung.

3.2 Cara Kerja
3.2.1 Percobaan kompetisi inter dan intraspesifik
1. Memasukkan tanah gembur tanpa pupuk ke dalam polibag sebanyak 2/3 dari volume polibag. Menanam benih Zea mays dan Phaseolus radiates dalam polibag yang telah tersedia, baik secara terpisah maupun bersama, sesuai dengan pola kerapatan pada gambar 1.
2. Praktikan menanam pada polibag dengan kode J, sesuai dengan pola pada gambar 1. Demikian pula, praktikan menanam dengan kode K dengan susunan pada gambar 1.
3. Perlakuan terhadap pola JK, mengikuti pola pada gambar 1C. setelah itu memberikan lebel terhadap polibag sesuai dengan pola tanam yang telah dilaksanakan. Meletakkan polibag pada pinggir ruangan agar dapat terkena cahaya matahari. Dan member perlakuan penyiraman secara bertahap.
4. Pengamatan dilaksanakan selama 3-5 minggu dan menjadi data kelas, data yang dicatat berupa tinggi tanaman pada masing-masing spesies.

3.2.2 Analisis hasil percobaan pengaruh alelopati
1. Pengamatan dilaksanakan setiap minggu, dengan penyiraman menggunakan ekstra akar alang-alang secara periodik. Melakukan pengamatan pengaruh pemberian alelopati pada pertumbuhan Zea mays pada perlakuan 1D.
2. Pengamatan dilaksanakan 3-5 minggu, dengan data kelas menjadi hasil pengamatan. Dengan mendata pengaruh alelopati terhadap masing-masing tanaman.

                     Gambar 1. Percobaan kompetisi intraspesifik pada Zea mays
Kode perlakuan
Jumlah Lubang
Pola penanaman
J-1
1
            J
J-2
2
   J                  J
J-4
4
   J                  J
   J                  J
J-8
8
            J
  J        J         J
  J        J         J
           J


Gambar 1B. Percobaan kompetisi intaspesifik pada Phaseolus radiantus
Kode perlakuan
Jumlah Lubang
Pola penanaman
K-1
1
              K
K-2
2
  K                 K
K-4
4
  K                 K
  K                 K
K-8
8
              K
   K        K       K
   K        K       K
              K







Gambar 1C. Percobaan kompetisi intaspesifik Zea mays dan  Phaseolus radiantus
Kode perlakuan
Jumlah Lubang J
Jumlah Lubang K
Pola penanaman
JK-1
1
1
         J         K
JK-2
2
2
         J           K
         K         J
JK-4
4
4
              J
    J        K       J
    K       J        K
             K

Gambar 1D. Percobaan pengaruh alelopati terhadap Zea mays
Kode perlakuan
Jumlah Lubang
Pola penanaman
A-1
1
            J
A-2
2
   J                  J
A-4
4
   J                  J
   J                  J
A-8
8
            J
  J         J         J
  J         J         J
            J








  




 




BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan

Lama Pertumbuhan
Jagung
(Zea mays)
Kacang Hijau
(Phaseolus radiantus)
Jagung-Kacang Hijau
(J – K)
Alelopati
Zea mays
Minggu 1           1
2
4
8
17 cm
14,5cm
10 cm – 7 cm
-
-
16 cm
15 cm – 10 cm
-
20,5 cm
23 cm
15 cm – 17 cm
6 cm
21 cm
20 cm
-
9 cm
Minggu 2           1
2
3
4
26 cm
28 cm
25 cm – 15 cm
-
-
25 cm
25 cm – 20 cm
-
35 cm
37 cm
29 cm – 26 cm
19,5 cm
40 cm
30 cm
-
21 cm
Minggu 3           1
2
3
4
34 cm
39 cm
34 cm – 31 cm
-
-
37 cm
36 cm – 41 cm
-
42 cm
46 cm
37 cm – 38,5 cm
27 cm
48 cm
41 cm
-
29 cm


4.2 Pembahasan
Pengamatan dilakukan dengan mengukur pertumbuhan tanaman secara berkala yaitu 1 kali seminggu. Data yang didapat dicatat dan disusun berdasarkan per minggu hingga waktu panen tiba yaitu setelah sekitar satu bulan. Pada saat panen dilakukan pengukuran faktor  fisik akhir seperti yang dilakukan di awal. Tanaman yang dipanen dipisahkan setiap plot dan setiap jenisnya kemudian di ukur tinggi tanaman. Analisis data terhadap faktor fisik dilakukan dengan melakukan pengukuran faktor fisik sebelum tanam dan setelah panen dengan menggunakan alat ukur yaitu penggaris. Data yang di tulis dalam bentuk tabel berasal dari hasil pengukuran pertambahan tinggi tanaman selama kurang lebih 4 minggu.

Kecepatan perkecambahan biji tumbuhan dan pertumbuhan anakan (seedling) merupakan suatu faktor yang menentukan kemampuan spesies tumbuhan tertentu untuk menghadapi dan menaggulangi persaingan yang terjadi. Apabila suatu tanaman berkecambah terlebih dahulu di banding suatu tanaman yang lain maka tanaman yang tumbuh lebih dahulu dapat menyebar lebih luas sehingga mampu memperoleh cahaya matahari, air, dan unsur hara tanah lebih banyak di bandingkan dengan yang lain (Setiadi, 1989).

Pada minggu ke dua menunjukan rata-rata tinggi pertumbuhan jagung dan kacanh hijau terlihat bahwa tinggi J1 dan J2 lebih besar atau lebih tinggi dari pada tinggi rata-rata pada J4 dan J8. Hal ini dikarenakan jarak tanam di J4 dan J8 lebih rapat dari pada J1 dan J4, sedangkan polybag tempat ditanamnya jagung memiliki ukuran yang sama antara J1 hingga J8. Kerapatan penanaman menyebabkan kompetisi yang lebih ketat  antar tanaman dikarenakan semakin kecil ruang atau plot maka semakin sedikit pembagian unsure hara dan air yang diserap oleh tanaman tersebut.

Tinggi tanaman kacang hijau lebih tinggi dibandingkan tinggi tanaman jagung. Persaingan diantara tumbuhan ini secara tidak langsung terbawa oleh modifikasi lingkungan. Di dalam tanah, sistem-sistem ini akan bersaing untuk mendapatkan air dan bahan makanan. Dan karena mereka tidak bergerak, maka ruang menjadi faktor penting, di atas tanah, tumbuhan yang lebih tinggi menguasai sinar yang mencapai tumbuhan yang lebih rendah dan memodifikasi suhu, kelembaban serta aliran udara pada permukaan tanah (Michael, 1994).

Pada pertumbuhan jagung menggunakan ekstrak alang-alang dapat menghambat pertumbuhan tanaman jagung, terlihat dari pertumbuhan dari pengukuran tiap minggu. Yang di mana ekstrak alang-alang merupakan senyawa beracun yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jagung. Tumbuhan jagung tersebut mengalami keterhambatan untuk tumbuh dan berkembang dapat terlihat dari tabel pengamatan. Tumbuhan yang telah mati dan sisa-sisa tumbuhan yang dibenamkan ke dalam tanah juga dapat menghambat pertumbuhan jagung. Alelopati dapat menghambat penyerapan hara, pembelahan sel-sel akar, pertumbuhan tanaman, fotosintesis, respirasi, sitesis protein, menurunkan daya permeabilitas membran sel dan menghambat aktivitas enzim.

Sedangkan pada tanaman kontrol, tanaman tumbuh normal, baik morfologi daun, panjang akar dan batang berbeda dengan tanaman lainnya yang diberikan perlakuan. Selain dari pada itu, menurut penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa orang biologiawan ahli bidang fisiologi tanaman Setyowati dan Yuniarti (1999) mengatakan bahwa pertumbuhan tanaman jagung dan kedelai yang diberi perlakuan ellelopati ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica) dengan perbandingan 1 : 4 umumnya tidak terpengaruh oleh ekstrak ini, bukan hanya dalam hal pertumbuhan tanamannya tetapi juga dalam proses perkecambahannya, hanya saja berpengaruh terhadap pemanjangan akarnya.












 




BAB V
KESIMPULAN


Dari pelaksanaan praktikum dan pengamatan terhadap tanaman jagung dan kacang hijau selama kurang lebih 21 dapat di ambil kesimpulan :
1.    Pertumbuhan tanaman kacang hijau lebih cepat daripada tanaman jagung maka kacang hijau adalah pemenang dalam kompetisi intraspesifik dan interspesifik.
2.    Faktor-faktor yang mempengaruhi persaingan intraspesifik dan interspesifik adalah kepadatan atau jarak tanaman, luas lahan tanam, jenis tanaman, dan waktu lamanya tanaman hidup.
3.    Semakin rapat jarak suatu tanaman maka pertumbuhannya akan semakin terhambat karena persaingan mendapatkan sumber daya atau unsur hara dari tanah semakin ketat.
4.    Cepat atau lambatnya perkecambahan pada tanaman juga berpengaruh terhadap menangnya suatu tanaman dalam berkompetisi.
5.    Terjadinya kompetisi antar tanaman dapat menyebabkan tanaman mati.
6.    Perkembangan tumbuhan yang di beri allelopati tergantung pada konsentrasi ekstrak, sumber ekstrak, temperatur ruangan, dan jenis tumbuhan yang dievaluasi serta saat aplikasi.






 





DAFTAR PUSTAKA


Anonym. 2008. Alelopati [on line]. Tersedia di : http ://iqbalali.com/2008/ 01/ 23 /alelopat i/, diakses pada hari sabtu tanggal 28 april 2012, pikul 13.00 wib.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara: Jakarta.
Irwan, Z.D.. 2007. Prinsip-Prinsip Ekologi. Bumi Aksara: Jakarta.
Moenandir,J ody.1988. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Rajawali pers: Jakarta.
Tim dosen ekologi.2012. Penuntun Panduan Praktikum Ekologi. IAIN Lampung : Bandar Lampung.
Wirakusumah, S. 1003. Dasar-dasar Ekologi bagi populasi dan Komunitas. UI-Press: Jakarta.









  


 


                                                                 


KOMPETISI DAN ALLELOPATI
(Laporan Praktikum Ekologi)


                       Di Susun Oleh
                                                                   Nama   : Fenti Erlina
                   NPM   : 911.06.0044
      Dosen  : Eko Kuswanto, M.Si.


                               
                                                   



TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH
IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
2012


 




DAFTAR ISI


COVER  .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI  ..................................................................................................... ii        
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum .................................................................................. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
BAB III. METODELOGI PENELITIAN ....................................................... 8
3.1  Alat dan Bahan ..................................................................................... 8
3.2  Metode Penelitian ................................................................................. 9
BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN .......................... 11
4.1  Hasil Pengamatan ................................................................................. 11
4.2 Pembahasan........................................................................................... 12
BAB V. KESIMPULAN .................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN












 







LAMPIRAN


Mulai Penanaman                                            Mulai Tumbuh
                                                                     (Minggu Pertama)
              


                        Tumbuh                                            Tanaman Mati
    (Minggu Ke Dua)                                   (Minggu Ke Lima)